A. Manusia
Ada dua pandangan yang akan kita
jadikan acuan untuk menjelaskan tentang unsur-unsur yang membangun manusia.
Manusia terdiri dari empat unsur yang saling terkait yaitu Jasad, Hayat, Ruh
dan Nafs (Diri/Keakuan). Manusia sebagai suatu keperibadian mengandung tiga unsur
yaitu :
- Id, merupakan struktur keperibadian yang paling primitif dan tidak Nampak.
- Ego, merupakan bagian/sturktur kepribadian yang pertama kali dibedakan dari Id.
- Superego, struktur keperibadian paling akhir, muncul kira-kira pada usia lima tahun.
B. Hakekat Manusia
- Makhluk ciptaan Tuhan yang terdiri dari tubuh dan jiwa sebagai satu kesatuan yang utuh.
- Makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, jika dibandingkan dengan makhluk lainnya.
- Makhluk biokultural, yaitu makhluk hayati yang budayawi.
- Makhluk ciptaan Tuhan yang terikat dengan lingkungan (ekologi).
- Makhluk ciptaan Tuhan yang mempunyai kualitas dan martabat.
C. Keperibadian Bangsa Timur
Francis L.K Hsu, sarjana Amerika
keturunan Cina yang mengkombinasikan dalam dirinya keahlian didalam ilmu
antropologi, ilmu psikologi, ilmu filsafat dan kesustraan Cina klasik. Karya
tulinya berjudul Psychological Homostatis Cina Klasik.
Ilmu psikologi yang memang berasal
dan timbul dalam masyarakat Barat, dimana konsep individu itu mengambil tempat
yang amat penting, biasanya menganalisis jiwa manusia dengan terlampau banyak
menekan kepada pembatasan konsep individu sebagai kesatuan analisis tersendiri.
Sampai sekarang, ilmu psikologi di
Negara-negara Barat itu terutama mengembangkan konsep-konsep dan terori
mengenai aneka warna isi jiwa, serta metode-metode dan alat-alat untuk
menganalisis dan mengukur secara detail variasi isi jiwa individu itu.
Sebaliknya, ilmu itu masih kurang mengembangkan konsep-konsep yang dapat
menganalisis jaringan berkait antara jiwa individu dan lingkungan social
budayanya.
Untuk menghindari pendekatan
terhadap jiwa manusia itu, hanya sebagai subyek yang terkandung dalam batas
individu yang terisolasi, maka Hsu telah mengembangkan suatu konsepsi, bahwa
dalam jiwa manusia sebagai sebagai makhluk social budaya itu mengandung delapan
daerah yang seolah-olah seperti lingkaran-lingkaran kosentris sekitar diri
pribadi.
D. Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan jika dikaji dari asal
kata bahasa sansekerta berasal dari kata budhayah yang berarti budi atau akal.
Dalam bahasa latin, kebudayaan berasal dari kata colere, yang berarti mengolah tanah,
jadi kebudayaan secara umum dapat diartikan sebagai “segala sesuatu yang
dihasilkan oleh akal budi (pikiran) manusia dengan tujuan untuk mengolah tanah
atau tempat tinggalnya” atau dapat pula diartikan “segala usaha manusia untuk
dapat melangsungkan dan mempertahankan hidupnya di dalam lingkungannnya”.
E. Unsur-Unsur Kebudayaan
Menurut C. Kluckhohn di dalam karyanya berjudul Universal Categories of Culture mengemukakan, bahwa ada tujuh unsur kebudayaan nversal, yaitu :
1. Sistem religi
(Sistem Kepercayaan)
2. Sistem organisasi
Kemasyarakatan
3. Sistem
pengetahuan
4. Sistem mata
pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi
5. Sistem teknologi
dan peralatan
6. Bahasa
7. Kesenian
F. Wujud Kebudayaan
Menurut dimensi
wujudnya, kebudayaan mempunyai tiga wujud yaitu :
1. Kompleks gagasan,
konsep dan pikiran manusia
Wujud ini disebut sistem budaya, sifatnya
abstrak, tidak dapat dilihat dan berpusat pada kepala-kepala manusia yang
menganutnya, atau dengan perkataan lain, dalam alam pikiran warga masyarakat
dimana kebudayaan bersangkutan hidup.
2. Kompleks
aktivitas :
Wujud ini sering disebut sistem sosial.
Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia-manusia yang berinteraksi,
berhubungan serta bergaul satu dengan yang lain dari waktu ke waktu , selalu
menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan.
3. Wujud sebagai benda
:
Aktivitas manusia yang saling
berinteraksi tidak lepas dari berbagai penggunan peralatan sebagai hasil karya
manusia untuk mencapai tujuannya.
G. Orientasi Nilai Budaya
Berikut ini adalah Kerangka
Khuckhohn Mengenai Lima Masalah Dasar dalam Hidup yang Menentukan Orientasi
Nilai Budaya Manusia
Masalah
dasar
dalam
hidup kita
|
Orientasi
Nilai Budaya
|
||
Hakekat
Hidup (MH)
|
Hidup
itu buruk
|
Hidup
itu baik
|
Hidup
itu buruk tetapi manusia wajib berikhtiar supaya hidup itu menjadi baik.
|
Hakekat
Karya (MK)
|
Karya
itu untuk nafkah hidup
|
Karya
itu untuk kedudukan, kehormatan dan sebagainya
|
Karya
itu untuk menambah karya
|
Persepsi
manusia tentang waktu (MW)
|
Orientasi
ke masa depan
|
Oriantasi
ke masa lalu
|
Orientasi
ke masa depan
|
Pandangan
manusia terhadap alam (MA)
|
Manusia
tunduk kepada ala yang dahsyat
|
Manusia
berusaha menjaga keselarasan dengan alam
|
Manusia
berhasrat menguasai alam
|
Hakekat
hubungan antara manusia dengan sesamanya (MM)
|
Orientasi
kolateral (horizontal), rasa ketergantungan pada sesamanya berjiwa gotong-royong)
|
Orientasi
vertical, rasa ketergantungan kepada tokoh-tokoh atasan dan berpangkat
|
Individualisme
menilai tinggi usaha kekuatan sendiri
|
H. Perubahan Kebudayaan
Tidak ada kebudayaan yang statis,
semua kebudayaan mempunyai dinamika dan gerak. Gerak kebudayaan sebenarnya
adalah gerak manusia yang hidup dalam masyarakat yang menjadi wadah kebudayaan
tadi. Gerak manusia terjadi oleh karena dia mengadakan hubungan-hubungan dengan
manusia lainnya. Artinya, karena terjadi hubungan antar kelompok manusia
didalam masyarakat. Terjadinya gerak/perubahan ini disebabkan oleh beberapa hal
yaitu :
1. Sebab-sebab yang
berasal dari dalam masyarakat dan kebudayaan sendiri.
2. Sebab-sebab
perubahan lingkungan alam dan fisik tempat mereka hidup.
I. Kaitan Manusia dan Kebudayaan
Dalam Sosiologi, manusia dan
kebudayaan dinilai sebagai dwi tunggal, maksudnya bahwa walaupun keduanya
berbeda tetapi keduanya merupakan satu kesatuan. Manusia menciptakan kebudayaan,
dan setelah kebudayaan itu tercipta maka kebudayaan mengatur hidup manusia agar
sesuai dengannya. Tampak bahwa keduanya akhirnya merupakan satu kesatuan.
Contoh sederhana dapat kita lihat adalah hubungan antara manusia dengan
peraturan-peraturan kemasyarakatan. Pada saat awalnya peraturan itu dibuat oleh
manusia, setelah peraturan itu jadi maka manusia yang membuatnya harus patuh
kepada peraturan itu.
Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa manusia tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan, karena kebudayaan itu
merupakan perwujudan dari manusia itu sendiri. Apa yang tercakup dalam satu
kebudayaan tidak akan jauh menyimpang dari kemauan manusia yang membuatnya.
Sumber : http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/ilmu_budaya_dasar/bab2-manusia_dan_kebudayaan.pdf
(Kamis, 17 Februari 2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar